Dosen Prodi Biologi (Bioteknologi) menjadi narasumber dalam Webinar bertajuk: Manajemen Stres dan Kecemasan Covid-19
Masa pandemi yang sudah berlangsung sejak Maret 2020 menimbulkan permasalahan kepada masyarakat dalam bentuk masalah ekonomi maupun psikis. Dengan itu Program Studi Psikologi UAI membentuk Webinar dengan tema “Manajemen Stres dan Kecemasan Covid-19” untuk membantu audience agar dapat menjalani kegiatan work from home tanpa dihantui oleh rasa stres maupun cemas. Acara ini dimeriahkan oleh beberapa Narasumber yang menyampaikan materi-materi menarik, Dr. Dewi Elfidasari, M.Si., S.Si. memberikan pengetahuan mengenai perkembangan Covid-19, lalu Dr. Laily Hanifah, M.Kes, S.Km. memberikan strategi untuk mengendalikan Covid-19, dan yang terakhir Sali Rahadi Asih, M.Psi., MGPCC., PhD., Psikolog memberikan strategi coping, manajemen stres, serta kecemasan terhadap pandemi. Acara ini dibuka oleh moderator Aliah B. Purwakania Hasan, M.Kes., Psikolog dengan memperkenalkan ketiga narasumber.
Menurut Dewi Elfidasari, Covid-19 sendiri merupakan singkatan dari “Corona Virus Disease 2019”. Penyakit ini awalnya muncul di daerah Tiongkok pada akhir tahun 2019 dan terus menyebar ke >170 negara lainnya hingga saat ini. Virus penyebab Covid-19 memiliki nama “SARS CoV-2”, yang termasuk ke dalam famili Coronaviridae. “Secara umum, Coronavirus terdapat pada manusia dan hewan tanpa menyebabkan infeksi. Namun, ada beberapa jenis coronavirus dari hewan yang memiliki kemampuan untuk menginfeksi manusia.” Ujar Dewi Elfidasari. SARS-CoV-2 bukanlah satu satunya Coronavirus yang telah menyebabkan pandemi, pada tahun-tahun sebelumnya terdapat virus lainnya seperti virus SARS-CoV dan MERS-CoV, dan ketiga virus tersebut termasuk ke dalam tipe β-Coronavirus yang terdapat dalam inang alami.
Menurut beberapa penelitian, materi genetik dari virus SARS-CoV-2 memiliki kemiripan dengan virus penyebab pandemi pada tahun 2002 yakni virus SARS-CoV serta virus Corona yang berada di dalam corona yakni virus Bat CoV RaTG13. Kesamaan SARS-CoV-2 dengan Bat CoV RaTG13 mencapai 96%, sehingga beberapa peneliti memberikan hipotesis bahwa virus ini memiliki inang pertama dari kelelawar. Virus ini memiliki empat protein penyusun yang berperan penting, yakni protein spike, matrix, envelope, dan nucleoprotein. Protein spike yang berperan sebagai pengikat merupakan protein yang sering mengalami mutasi agar dapat menempel kepada inang dan melakukan replikasi (memperbanyak diri). Bagian spike tersebut akan menempel pada reseptor ACE2 (Angiotensin-converting enzyme 2) yang ada pada pembuluh darah, ginjal, pernapasan, dan pencernaan pada tubuh manusia.
Tidak hanya itu, Dewi Elfidasari juga menjabarkan bagaimana virus yang awalnya berinang pada hewan dapat menginfeksi inang manusia, peristiwa ini dapat disebut sebagai zoonosis. Sebelum virus SARS-CoV-2 berpindah ke manusia, virus ini menginfeksi inang intermediet yang memiliki virus dengan kemampuan menginfeksi manusia. Virus yang ada pada kelelawar menginfeksi inang dari virus MERS-CoV atau SARS-CoV lalu mengalami mutasi, hasil mutasi akan melakukan zoonotic transmission (Infeksi dari hewan ke manusia) dan terjadilah rantai penularan dari satu inang manusia ke inang manusia lainnya. Menurut penelitian, salah satu hewan yang mengalami potensi sebagai inang intermediet virus SARS-CoV-2 adalah Trenggiling yang merupakan hewan yang sering dijual dan dikonsumsi di wet market yang berlokasi di Tiongkok.
Materi pertama ditutup oleh Dewi Elfidasari dengan mengutip surat dari Kitab Suci Al-Qur’an yakni surat Al-Imran ayat 190-191, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk dalam keadaan berbaring dan mereka memikirikan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa Neraka’.” Kutip Elfidasari. Materi-materi berikutnya diisi oleh narasumber lainnya, Laily Hanifah memberikan data perkembangan pandemi Covid-19 dari awal Maret hingga 2 April. Beliau juga memberikan beberapa penanganan yang harus dilakukan oleh pasien Covid-19 agar tidak memperpanjang rantai penularan seperti isolasi diri dan menggunakan masker medis. Materi terakhir yang dibawakan oleh Sali Rahadi berisi cara-cara untuk menangani stres dan kecemasan yang diterima oleh masyarakat selama pandemi berlangsung. Pertama seseorang harus memahami penyebab dari kecemasan, lalu menjaga kesehatan tubuh dan jiwa, membatasi paparan berita, merencanakan hal yang dapat dilakukan, menghentikan pemikiran yang berlebih, dan tetap berhubung dengan orang lain.