Seminar Daring: Tinjauan Sains, Fakta, dan Mitos Virus Corona
Seiring dilakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Himpunan Mahasiswa Biologi Universitas Al-Azhar Indonesia telah menyelenggarakan Webinar mengenai “The Biological Truth Behind Corona Virus Conspiracies” untuk memberikan informasi serta pembelajaran terhadap audience agar terhindar dari berita hoax akan pandemic virus Covid-19. Acara ini dimoderatorkan oleh Reska Komala (Mahasiswa Bioteknologi UAI 2018) dan diisi oleh narasumber Rahmat Azhari Kemal, M.Si. selaku alumni dari Prodi Biologi (Bioteknologi) UAI angkatan 2009 serta menjabat sebagai dosen Fakultas Kedokteran di Universitas Riau.
Kegiatan Webinar diawali oleh pertanyaan dari audience yang disampaikan oleh moderator, pertanyaan pertama membahas sebab dari cepatnya penyebaran virus Covid-19 dibandingkan dengan virus lainnya. “Virus bersifat seimbang, suatu virus dapat bersifat mematikan atau cepat menular”, jawab Rahmat Azhari. Sebagai contoh virus ebola merupakan virus dengan fatality rate yang tinggi namun hanya terjadi di benua Afrika, berbeda dengan virus influenza yang tidak mematikan namun dapat cepat menyebar. Hal ini disebabkan oleh evolusi virus tersendiri, beberapa virus dapat berevolusi agar dapat berkembangbiak secara cepat sehingga menimbulkan penularan yang mudah dan cepat.
Pertanyaan kedua membahas mengenai kabar tentang munculnya virus Covid-19 jenis baru, Rahmat Azhari menjawab penelitian terhadap virus Covid-19 terhitung masih baru. Virus Covid-19 baru muncul selama kurang lebih satu semester sehingga penelitian masih terbatas. Sampai sekarang belum ada penelitian yang membuktikan 100% bahwa telah timbul strain atau varietas virus Covid-19 baru. Perubahan materi genetik akibat mutas belum tentu menciptakan strain baru apabila mutasi tersebut tidak memberikan perbedaan virology terhadap virus tersebut.
Rahmat Azhari juga membahas mengenai teori konspirasi mengenai wujud Covid-19 sebagai bentuk bioterrorisme untuk memulai perang dunia ketiga. Narasumber mengatakan bahwa “kabar” ini tidaklah pantas disebut sebagai teori dikarenakan kurangnya bukti serta data yang mendukung hal tersebut. “Hal tersebut hanyalah hipotesis yang tidaklah dilandaskan oleh bukti yang kuat, saya tidak dapat mengubah kepercayaan orang-orang yang mempercayai hal tersebut namun saya dapat mengatakan bahwa teori tersebut hanyalah hipotesis belaka”, ujar Rahmat Azhari. Menurut pakar virologi, pandemi Covid-19 berkemungkinan mengalami gelombang kedua (second wave), negara-negara yang sudah mulai membuka fasilitas umum secara normal memiliki resiko yang besar untuk terkena gelombang kedua pandemicCovid-19. Maka dari itu, salah satu cara yang ampuh untuk mencegah terjadinya gelombang kedua adalah waspada bersama dan memahami penanganan Covid-19 untuk memutus rantai penularan.